Header Ads

Nabi Muhammad, Pelopor Umat Islam untuk Mencintai Negeri

Nabi Muhammad, Pelopor Umat Islam untuk Mencintai Negeri

Surabaya, PecintaUlama
Banyak orang yang masih mempertanyakan dan mempermasalahkan mengenai dalil mencintai maupun jargon mencintai negeri yang sering dikumandangkan oleh para ulama, khususnya ulama dari Nahdlatul Ulama.

Salah satu yang sering dipermasalahkan adalah jargon hubbul wathan minal iman yang oleh sebagian kelompok di luar NU sering ditolak dengan dalih tidak ada dalil yang sahih atau hadis palsu. Padahal sudah banyak kiai yang menjelaskan bahwa itu bukanlah hadis, namun hanya sebuah jargon.

Ketua Aswaja NU Center Jawa Timur, K Ma’ruf Khozin menjelaskan dalil awal dari jargon tersebut. Ia menjelaskan hal ini dalam acara ngaji kebangsaan yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rebana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada Jumat (18/10).

Menurutnya, para ulama dalam mencetuskan jargon hubbul wathan minal iman ini mengambil dasar dari berbagai hadis yang ada. Salah satu hadis yang menjadi rujukan adalah saat Nabi Muhammad berdoa agar bisa diberikan kecintaan terhadap negeri Madinah sebagaimana terhadap negeri Makkah.

“Di awal hijrah, para sahabat banyak yang merasa tidak betah. Melihat hal ini, Rasulullah akhirnya berdoa allahumma habbib ilainal madinah, kahubbinal makkata auw asyad. Ya allah, jadikanlah kami orang-orang yang mencintai negeri Madinah, sebagaimana kami dahulu mencintai negeri Makkah atau lebihkanlah kecintaan kami terhadap madinah melebihi Makkah," jelasnya.

"Ternyata betul, setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, lalu melakukan Haji Wada'. Nabi tidak tinggal di Makkah, tapi kembali ke Madinah. Karena Nabi oleh Allah telah diberikan rasa cinta terhadap negeri Madinah," lanjutnya.

Kiai Ma'ruf, sapaan akrabnya, ini melanjutkan bahwa atas dasar hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari ini membuktikan bahwa Rasulullah akan selalu mencintai negerinya, baik itu saat masih tinggal di Makkah maupun setelah hijrah ke Madinah.

"Dari Hadis Bukhari ini, di manapun Nabi bertempat, Nabi selalu mencintai negerinya. Ketika Nabi di Makkah, Nabi mencintai negerinya (Makkah, red), padahal negeri itu masih negeri musyrik, penyembah berhala di mana-mana. Tapi Rasulullah mencintai negerinya," bebernya.

"Begitu Nabi sampai ke kota Madinah, belum dibuatkan deklarasi kota Madinah, Piagam Madinah. Nabi sudah berdoa untuk mencintai negeri itu," tambahnya.

Di akhir, alumnus Pesantren Al-Falah Ploso Kediri ini menegaskan serta mengajak para jamaah yang hadir untuk meneladani Rasulullah yang senantiasa mencintai negerinya dengan selalu mencintai Indonesia.

"Kalau Nabi sudah mengajarkan cinta terhadap negeri, maka kami pun meneladani rasulullah dengan mencintai negeri ini, Indonesia," pungkasnya.

Kegiatan yang berlangsung di Masjid Manarul Ilmi ITS ini menghadirkan KH D Zawawi Imron sebagai pemateri utama. Hadir dalam kegiatan ini K Wahyuddin, Prof Agus Rubiyanto, Prof Sutardi, dan segenap tamu undangan lainnya.

Posting Komentar

0 Komentar