Header Ads

Hijrah (?); Melihat Fenomena Hijrah Zaman Now

Hijrah (?); Melihat Fenomena Hijrah Zaman Now


PecintaUlama.ID - Banyak orang berbisik halus kepada saya, mengajak untuk berhijrah. "Loh memangnya mau hijrah kemana?" jawab saya waktu itu. Sejak kecil saya memang tak tahu apa makna hijrah yang sering digaungkan ikhwan dan akhwat sebelah. Sepanjang yang saya tahu, hijrah itu istilah yang digunakan Rasulullah ketika berpindah dari Makkah ke Madinah.

Orang-orang sebelah sering menggunakan istilah Hijrah untuk mengajak berbuat hal-hal yang sesuai syariat. Namun banyak juga di antara mereka yang sebetulnya justru melenceng dari syariat. Misalnya, perintah untuk bercadar. Padahal mestinya ini bukan menjadi keharusan, dan bukan bagian dari syariat serta sunnah. Cadar adalah sebuah tradisi bangsa Timur-Tengah, kalau di Indonesia anggap saja seperti sarung atau pecis. Tak memakai keduanya, tidak masalah. Shalat tetap sah. Yang penting kan menutup aurat dan sopan.

Namun saking tingginya semangat beragama, mereka menggaungkan istilah hijrah tersebut kepada muslimah-muslimah yang notabene masih awam, dengan menyerukan untuk segera memakai cadar, "Bagi wanita, menutup aurat itu wajib, menggunakan cadar adalah bagian dari syariat" kata mereka dengan penuh kepalsuan. Fatalnya setelah diajak berhijrah dengan iming-iming ini itu, ukhty-ukhty tersebut dengan PD dan santainya mengolok perempuan lain yang dianggapnya belum berhijrah, dengan dalih 'Maaf sekadar mengingatkan'. Begini kah maksud dari hijrah yang sering mereka bangga-banggakan itu?

Atau contoh lain, seruan 'jangan pacaran ukhty'. Mereka menganggap bahwa pacaran adalah sebuah perantara menuju dosa besar. Sedang di lain kesempatan, mereka mengajak untuk menikah usia muda, atau bahkan poligami. Tak jarang quote-quote mereka menyinggung perasaan perempuan, seperti salah satunya yang menurut saya tidak pantas, adalah quote yang bertuliskan 'Ukhty bokek? Nikah saja'. Seolah mengatakan bahwa perempuan menikah karena mereka tidak punya uang, atau tidak mampu mencari uang. Kemudian dengan menikah mereka bisa punya uang (bahasa kasarnya: mata duitan) dan senang-senang.

__________sreeeeeeeeeeeeeeett___________

Klunthing... (bunyi pesan WA masuk). Ku buka dan ku baca pesan dari salah seorang teman, "Ayuk hijrah, vin!," tulisnya.

"Hijrah kemana, hijrah bagaimana?"

"Hijrah menjadi pribadi yang lebih baik"

"Aku nggak mau hijrah, aku maunya Taubat saja. Lebih afdhol dan lebih dicintai Allah"

Percuma kamu koar-koar beribu bahkan bertriliyun kali mengajak untuk berhijrah, jika jari-jarimu itu masih sering usil menghina, mencaci-maki dan mengolok orang di media sosial, lidahmu masih sering ghibah membicarakan kesalahan dan kecacatan orang lain, hatimu masih suka berprasangka. Percuma juga kamu koar-koar mengajak orang untuk berhijrah jika postingan di media sosialmu penuh fitnah, hasut dan hoaks.

Jadi, mari lekas bertaubat, bukannya berhijrah. Karena sesungguhnya Allah lebih mencintai hamba-Nya yang mau mengakui dosa-dosa dan mau bertaubat kepada-Nya. Bertaubat (mempertanggung jawabkan dan memohon ampun) atas segala dosa dan maksiat, bukan berhijrah (berpindah) dari segala dosa dan maksiat.

Semoga setelah membaca postingan ini, antum segera mendapat hidayah.
Maaf, sekadar mengingatkan.

Terima kasih.

Vinanda Febriani*
Penulis merupakan seorang pelajar asli Magelang, Jawa Tengah

Posting Komentar

0 Komentar