Keberanian Mbah Liem Imampuro di Depan Presiden Suharto

Alm. KH Socheh Rozaq, KH Muslim Imampuro (Mbah Liem), KH Soleh Abdul Hamid (Tambakberas), dan KH Syukron Makmun (Jakarta) ketika menghadiri acara aqad nikah penulis di Singosari, Malang.

***

Malam itu KH Muslim Imampuro atau lebih sering dikenal dengan Mbah Liem bersama putra-putrinya Shalat Tarawih di Cendana, kediaman Pak Harto. Sesaat setelah Sholat Tarawih, Mbah Liem, Gus Syaifuddin Zuhri (Putra ketiga Mbah Liem), Ning Choir (putri Mbah Liem), Pak Harto, Mbak Tutut, dan salah seorang pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) duduk layaknya tamu yang ditemui tuan rumahnya.

Beberapa saat kemudian Pak Harto berkata, "Pak (ditujukan ke nama pejabat MUI yang hadir), ini loh Mbah Lim gurunya Gus Dur".

Spontan Mbah Muslim berdiri dengan sikap sempurna dan berkata, "Jangan dulu percaya kata orang meskipun presiden, sambil menunjuk dirinya "iki loh wonge, arep ngopo ngajak opo? Sing penting NKRI, Pancasila, aman, makmur, damai selamanya (ini loh orangnya, mau ngapain dan ngajak apa? Yang penting NKRI, Pancasila, aman, makmur, damai selamanya, -red)".

Marahkah tuan rumah? Tidak. Pak Harto dan Mbak Tutut malah tersenyum dan tertawa lirih.

Lalu Mbah Liem duduk lagi dan oleh Pak Harto dan Mbak Tutut mempersilakan Mbah Muslim menikmati suguhan. Tiba-tiba Mbah Liem berkata, "Wuk... wuk... wis tuwo soyo tuwo... ngene iki", sambil menunjuk (suguhan).

"Wis ayem, enake karek loro teh com (seduhan) karo udud (rokok), bolehkah saya merokok?" tanya Mbah Liem. Pertanyaan Mbah Liem ini aneh karena beliau nggak bawa rokok karena semua bawaan harus ditinggal di pos depan sesuai aturan protokol masuk ke rumah Presiden Suharto.

Melihat Mbah Liem tidak membawa rokok, Pak Harto lalu bilang ke Mbak Tutut "jukukna (mintakan, -red)".

Seketika ajudan membawa beberapa slop rokok berlogo istana, lalu satu bungkus dibuka oleh Pak Harto dan disodorkan ke Mbah Liem sekaligus Presiden RI kedua itu menyalakan rokok yang sudah ada di bibir Mbah Liem. Bul... bul... asap rokok mengepul, Mbah Liem nglepis di depan Pak Harto Mbak Tutut dan pejabat MUI di ruang tamu rumah Cendana milik Presiden Suharto. (Sebagaimana diceritakan Gus Saifuddin Zuhri).

Saya sendiri pernah menyaksikan Mbah Liem "nyiwir" (memegang kuping) seorang Komandan Kopassus Solo yang bertamu ke rumah Mbah Lim di Klaten. Sang Komandan tidak marah, malah tersenyum.

Oleh: KH Imron Hamid Rosyadi Hamid