Header Ads

Tuan Guru Zuhdi, Mutiara Banjar dan Kebanggaan Kalimantan

KH Ahmad Zuhdiannoor atau lebih dikenal dengan sebutan Guru Zuhdi (Foto: Istimewa)
PecintaUlamaID - Tak kenal maka tak sayang, kata itulah yang sering dilontarkan oleh KH Ahmad Zuhdiannoor atau yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Zuhdi dalam mukadimahnya sebelum memulai tausiyah.

Bukan hanya sebagai ulama besar yang menjadi kebanggaan orang Kalimantan, khususnya warga Banjarmasin. Sosok yang lahir pada Kamis 10 Februari 1972 Hatau bertepatan dengan 24 Dzul Hijjah 1391 H ini kerap menjadi contoh bagi masyarakat melalui kesederhanaan hidup beliau.

Tak hanya itu, perangainya yang penuh sopan santun dan lemah lembut serta keramahannya membuat orang-orang terpukau atas kharismatik beliau yang amatlah tinggi itu.

Dikenal Sebagai Mutiara Banjar

Hal ini bisa dibuktikan lewat majelis yang digelar olehnya bersama dengan warga sekitar di Masjid Jami Sungai Jingah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) pada setiap malam Ahad yang hampir pasti selalu dipadati para jamaah.

KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni (Guru Sekumpul, Kiri) dan KH Ahmad Zuhdiannoor (Guru Zuhdi, Kanan)
Keunikan majelis beliau itu hampir sama dengan gurunya, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni atau lebih dikenal dengan sebutan Guru Sekumpul, yang mana jamaah majelis beliau bukan hanya jemaah dari Kalsel saja akan tetapi dari Kalimantan Tengah (Kalteng), bahkan ada pula jamaah yang berasal dari Kalimantan Barat (Kalbar) yang selalu ikut dalam kegiatan rutin tersebut. Bahkan jamaah majelis yang beliau gelar sampai meluber ke jalan-jalan.

Tak hanya itu saja, tausiyah beliau bukan hanya digelar di satu masjid saja, namun dalam bentuk kapasitas besar pun juga ada. Seperti Masjid Agung Sabilal Muhtaddin Banjarmasin, ia selalu hadir setiap Kamis malam.

Guru Zuhdi sering mengajarkan Tauhid dan Tasawuf di majelisnya serta menekankan betapa pentingnya membersihkan hati. Ia juga konsisten di jalur agama, tidak ikut dalam politik, seperti mendukung politisi tertentu dalam pemilu.

Berpulang ke Rahmatullah

Pada Sabtu, 2 Mei 2020 M atau bertepatan pada 9 Ramadan 1441 H menjadi hari yang tak diduga bagi para jamaahnya. Pada hari itu Tuan Guru Zuhdi berpulang ke Rahmatullah setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta.

Ribuan jamaah mengiringi kepergian Guru Zuhdi (aswaja.net)
Guru Zuhdi dimakamkan di kompleks majelis pengajian beliau semasa hidup yang tak jauh dari Masjid Jami Banjarmasin. Ribuan jamaah turut mengiringi kepergian beliau dan berbondong-bondong membawa karung berisi tanah untuk menutup liang lahat beliau.

Berikut ini beberapa kutipan pesan Guru Zuhdi

  • Jadikanlah ilmu sebagai jawaban hidup, jangan sampai dunia yang menjadi jawaban hidup. Jika ilmu menjadi jawaban, meskipun tidak mendapat apapun akan tetap bersyukur.
  • Mencari dunia itu disuruh tapi itu bukan sebagai jawaban hidup. Dan kita ini malah mencari dunia dan saling berebut.
  • Pemilik sifat iri dengki sulit berkembang dan bawaannya selalu tidak bahagia. Ini menghambat jalan untuk sukses. Ujung-ujungnya mereka protes terhadap Allah yang dianggap tidak adil dalam membagi sukses. Maka beruntung dan berbahagialah manusia yang bisa ikhlas dengan segala kondisi.
  • Saat musibah datang atau bencana alam, janganlah menghakimi terlebih dahulu orang lain. Tapi hakimilah diri sendiri, yang berlumuran dosa. Sehingga dosa tersebutlah yang membuat Allah murka. Maka jalan keluarnya adalah banyak-banyak minta ampun kepada Allah dengan perbanyak istighfar.
  • Yakinilah bahwasanya Allah tak pernah merugikan usaha seorang hamba atas apa yang ada di pikirannya. Ketika kita tak pernah mampu memandang baik atas apa yang telah Allah tetapkan, maka sumber sakit di dalam hati secara perlahan akan berdatangan.
  • Tak perlu mengusahakan yang tak ada untuk menjadi ada, dan jangan pernah menyesali yang ada atas salah yang tercipta. Artinya, apa yang ada syukuri, jangan mencari yang tak ada, dan jangan menyesali atas sesuatu yang sudah ada.
  • Jawaban hidup sebagai solusi yang baik itu adalah pandangan dan pikiran yang positif. Tak akan ada ketenangan yang tercipta ketika pandangan dan pikiran terus mencela untuk mencari muasal salah yang bermula.

Diolah dari berbagai sumber


Posting Komentar

0 Komentar