Header Ads

Dalil Amaliyah - Bacaan Istighfar Sesudah Shalat

PecintaUlama.ID - Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) memiliki kebiasaan rutin membaca dzikir tiap selesai sholat. Salah satu susunan bacaan dzikir yang terkandung adalah adanya kalimat istighfar.

Namun, ada kelompok kecil yang memang tidak suka dengan amaliyah-amaliyah yang sering diamalkan oleh Aswaja. Mereka hobi sekali melakukan itu dengan alasan bid'ah yang ujung-ujungnya keluarlah vonis syirik dari kelompok kecil itu kepada kelompok Aswaja.

Dalam tulisan ini, Ustadz Ma'ruf Khozin yang merupakan salah satu dari Dewan Pakar Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur akan mengupas mengenai Istighfar Sesudah Shalat.

Tulisan ini berawal dari adanya poster propaganda dari kelompok kecil tersebut yang menyatakan bahwa bacaan istighfar yang sering dibaca oleh Aswaja itu tidak dicontohkan oleh Baginda Rasulullah. Berikut ini adalah bukti poster propaganda dari kelompok kecil tersebut:
Poster Propaganda Wahabi Mengenai Bacaan Istighfar Selepas Shalat
Silakan baca uraian dari Ustadz Ma'ruf Khozin mengenai Istighfar Sesudah Shalat yang dipermasalahkan oleh kelompok kecil tadi.

Oleh Ustadz Ma'ruf Khozin*

Selama mereka masih tetap hobi menyalahkan amalan para Habaib dan Kyai, maka selama itu pula saya akan memberi jawaban, atas pertolongan Allah. kali ini mereka menyoal istighfar. kita awali dengan sumber utamanya:

عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم- أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنْصَرِفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Dari Tsauban, budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama, bahwa jika Nabi selesai dari salat maka beliau membaca istighfar 3 kali. (HR Muslim, Abu Dawud dan lainnya)

Bentuk bacaan istighfar dijelaskan dalam riwayat:

قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلأَوْزَاعِىِّ كَيْفَ الاِسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.

Al-Walid bertanya kepada Auzai tentang bacaan istighfar. Auzai menjawab: "Aku meminta ampunan kepada Allah, 2x". (HR Muslim)

Pada bab berikutnya Imam Abu Dawud menulis bab beberapa bacaan istighfar dari Nabi, diantaranya:

بِلاَلَ بْنَ يَسَارِ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم- قَالَ سَمِعْتُ أَبِى يُحَدِّثُنِيهِ عَنْ جَدِّى أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ:  مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ.

Dari Bilal bin Yasar bin Zaid, kakeknya mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama bersabda: "Barangsiapa membaca 'Aku meminta ampunan kepada Allah, Tiada Tuhan selain Dia, yang maha hidup, maha mengurus segala hal dan aku bertaubat kepada-Nya', maka ia akan diampuni meski ia lari dari perang". (HR Abu Dawud. Dinilai sahih oleh Syekh Albani)

Kalau ditanya mana lafadz 'Al-Adzim' seperti yang anda baca? Jawab saja ada dalam riwayat Al-Hakim, ia menilai sahih. Al-Hafidz Adz-Dzahabi tidak memberi komentar apapun.

Apakah boleh bacaan istighfar tersebut dipakai sesudah salat? Boleh. Sebagaimana fatwa ulama Salafi berikut:

أولاَ: أستغفر الله 100 مرة، ثم أقول أستغفر الله وأتوب إليه مائة مرة، ثم أصلي ركعتين، ثم أقول: أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه. فهل يجوز ذلك؟

"(Seseorang bertanya) Pertama, saya membaca istighfar 100x, saya membaca juga 'Aku meminta ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya', 100x. Kemudian saya salat 2 rakaat. Lalu membaca 'Astaghfiullah Al-Adzim Alladzi Laa ilaaha illa Huwa Al-Hayyu Al-Qayyumu wa atubu ilaih'. Apakah hal itu boleh?"

والمطلوب منك أن تستغفر من جميع ذنوبك السالفة، ولكن لو تذكرت ذنباً عظيماً وزدت في الاستغفار منه خاصة فلا حرج في ذلك، وأما كيفية الاستغفار فالأمر فيها واسع، والطريقة التي تستخدمها صحيحة ولله الحمد. والله أعلم. المفتي: مركز الفتوى بإشراف د.عبدالله الفقيه (فتاوى الشبكة الإسلامية - ج 151 / ص 261)

"(Jawaban Fatwa) .... Dianjurkan bagi anda untuk membaca istighfar dari semua dosa terdahulu. Jika anda mengingat dosa besar dan anda menambahkan bacaan istighfar secara khusus, maka boleh. Sedangkan cara istifgfar dalam masalah ini luas. Cara yang anda lakukan sudah benar". (Fatawa Syabkah Al-islamiyah, Mufti Dr. Abdullah Al-Faqih)

Dengan demikian, dzikir paling utama tetap dzikir yang dibaca oleh Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama. Dan membaca dzikir lainnya juga tetap diperbolehkan. Sebagaimana dalam riwayat yang juga dinilai sahih oleh Syekh Albani berikut:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم- جَالِسًا وَرَجُلٌ يُصَلِّى ثُمَّ دَعَا اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ. فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم-: لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِى إِذَا دُعِىَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى.

Dari Anas bahwa ia bersama dengan Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama sembari duduk. Dan ada seseorang sedang salat. Lalu berdoa dengan doa berikut.... Kemudian Nabi shalla Allahu alaihi wa sallama bersabda: "Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung. Jika Ia diminta dengannya maka Ia akan mengabulkan. Dan jika Ia diminta dengannya maka Ia akan memberikan". (HR Abu Dawud)

meski shahabat ini membaca dzikir sesudah salat bukan dengan dzikir yang dibaca oleh Nabi, ternyata Nabi tidak menyalahkan apalagi mengatakan dzikir turun temurun, mengarang-ngarang atau mencari keuntungan. Lalu mereka ini sebenarnya meniru siapa?.



Posting Komentar

0 Komentar